1. Sultan Hasanuddin 

Lahir di Makassar, 12 Januari 1631 (Sulawesi Selatan) dan meninggal di Makassar, 12 Juni 1670 (Sulawesi Selatan) di usia 39 tahun. Putera kedua dari Sultan Malikussaid,merupakan Raja Gowa ke-15, dan menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa pada usia 24 tahun (1655). Karena kegigihan dan keberaniannya melawan Kolonial belanda, Hasanuddin diberi gelar de Haav van de Oesten alias Ayam Jantan dari Timur oleh pihak belanda. 
2. Syekh Yusuf Tajul Khalwati 
Lahir di Gowa,(Sulawesi Selatan) 03 Juli 1626. Semasa hidupnya, Syekh Yusuf  mengajarkan beberapa tarekat seperti tarekat Naqsyabandiyah, Syattariyah, Ba`alawiyah, dan Qadiriyah. Namanya berkibar di Afrika Selatan karena dianggap sebagai sesepuh penyebaran Islam di negara di benua Afrika. Tiap tahun, tanggal kematiannya diperingati secara meriah di Afrika Selatan, bahkan menjadi semacam acara kenegaraan. Bahkan, Nelson Mandela yang saat itu masih menjabat Presiden Afrika Selatan menjulukinya sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik’. Baca :Pejuang kemerdekaan di Sidrap tinggal 189 orang 
3. La Maddukelleng 
Adalah seorang ksatria dari Kabupaten Wajo (Sulawesi Selatan). Lahir di Wajo Pada tahun 1700 dan wafat pada tahun  1765 di Wajo. Beliau diangkat sebagai Arung Matowa Wajo XXXIV. Pengangkatannya di Paria pada hari Selasa tanggal 8 November 1736. Lewat mufakat Arung Ennengnge (Dewan Adat), La Maddukelleng dijuluki “Petta Pamaradekangi Wajona To Wajoe” yang artinya tuan atau orang yang memerdekakan tanah Wajo dan rakyatnya. Berkat Strategi pemerintahannya yang cemerlang dan terus menerus melawan dominasi Belanda, La Maddukelleng berhasil membebaskan Wajo dari penjajahan Kerajaan Bone, serta memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Wajo. Selain itu ia juga mendapat julukan bajak laut oleh Belanda karena berhasil di negeri Pasir (Kalimantan) sampai ke Malaysia, dan merajai Selat Makassar. 
4. Ranggong Daeng Romo 
Lahir di Bone-Bone, Polongbangkeng, Sulawesi Selatan, 1915, dan wafat  di markas besar Lapris, Langgese, 27 Februari 1947. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch Inlandsch Schooldan Taman Siswa di Makassar setelah sebelumnya menimba ilmu agama di salah satu pesantren di Cikoang. Ranggong bekerja sebagai pegawai sebuah perusahaan pembelian padi milik pemerintah militer Jepang  ketika menduduki Sulawesi. 
5. Andi Djemma 
Pahlawan yang satu ini merupakan Raja (Datu) Luwu. Pada masa penjajahan, Andi Djemma mengultimatum sekutu agar segera melucuti tentaranya dan kembali ke tangsinya di Palopo (05-10-1945). Ultimatum itu dibalas Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook, dengan ultimatum juga.
Andi Djemma ditangkap Belanda pada 3 Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada 23 Februari 1965. Memimpin Perlawanan Semesta Rakyat Luwu (23-01-1946 ). Tanggal itu sekarang diperingati sebagai Hari Perlawanan Rakyat Semesta. 
6. Pong Tiku 
Lahir di Rindingallo Toraja, 1850 – Rantepao, 10 Juli 1907.  Pong Tiku berjuang melawan penjajahan kolonialisme Belanda di Toraja.  Sekalipun perlawanan Pong Tiku dan kawan-kawan sangat heroik, Belanda kemudian menang melalui tipu muslihat yang berakhir dengan eksekusi Pong Tiku di tepi sungai di Sa’dan, Rantepao pada tahun 1907.  
7. Andi Mappanyukki 
Lahir 1885 dan wafat 18 April 1967 di Jongaya,Makassar. Beliau adalah salah satu tokoh pejuang dari Sulawesi Selatan yang berperang mengusir kolonial Belanda, karena mempertahankan pos pertahanan kerajaan Gowa di daerah Gunung Sari. 
8. Andi Abdullah Bau Massepe 
Lahir tahun 1929 . Bau Massepe merupakan panglima pertama TRI Divisi Hasanuddin dengan pangkat Letnan Jendral. Massepe wafat ditembak oleh pasukan Westeling pada tanggal 2 Februari 1947 setelah ditahan selama 160 hari. Makamnya dapat ditemukan di Taman Makam Pahlawan Kota Pare-Pare (110 kilometer utara Kota Makassar). 
9. Pajongga Daeng Ngalle 
Lahir di Takalar, Sulawesi Selatan, 1901. Meninggal dunia di Takalar, pada 23 Februari 1958. Ia adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia dan juga seorang Karaeng (Kepala pemerintahan distrik) Polongbangkeng pada tahun 1934.
Pada bulan Oktober 1945 bersama dengan seluruh bangsawan Sulawesi Selatan, Pajongga mengikuti konferensi raja-raja Sulawesi Selatan di Yogyakarta. Konferensi memutuskan satu tekad untuk mendukung pemerintahan RI di Sulawesi sebagai satu-satunya pemerintah yang sah di bawah Gubernur Sam Ratulangi. Pajonga Ngalle mengumumkan bahwa daerahnya merupakan bagian dari wilayah Indonesia. 
10. Opu Daeng Risadju 
Lahir di Palopo, Sulawesi Selatan tahun 1880 dan meninggal di Palopo, Sulawesi Selatan pada tanggal 10 Februari 1964. Pahlawan nasional yang satu ini yang berasal dari Kerajaan Luwu. Ia adalah putri keluarga bangsawan Muhammad Abdullah To Baresseng dan Opu Daeng Mawellu. Ia diberi gelar Opu Daeng Risadju, sesuai dengan statusnya sebagai bangsawan Luwu. 
11. Sultan Daeng Radja 
Adalah putra pertama pasangan Passari Petta Tanra Karaeng Gantarang dan Andi Ninong. Semasa muda, dikenal taat beribadah dan aktif dalam kegiatan Muhamamadiyah. Pendiri Masjid Tua di Ponre yang pada jamannya terbesar di Sulawesi Selatan. Sultan juga mengikuti kongres Sumpah pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, dan mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta. Serta mengusulkan pembentukan organisasi Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI). 
Tenri Adjeng

Komentar

  1. Casino of the Day | Bet £10 Get £50 | bet365 Casino
    Betting on games 바카라 사이트 at Bet365 Casino allows you to take part in one 바카라 of the best casino tournaments septcasino around. Learn how to take part in online sports betting

    BalasHapus
  2. LuckyClub Casino Review | Slots, Live Casino, Live Betting
    LuckyClub Casino was established in 2014 and boasts a varied selection of online slots, live luckyclub dealer games, and table games. It is a member of the  Rating: 4.8 · ‎Review by LuckyClub.com

    BalasHapus

Posting Komentar